BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 04 Mei 2014

Cara Membedakan Demam Akut dan Demam Kronis pada Anak

MARI kita membahas demam. Ada beberapa asumsi yang patut diluruskan soal demam pada anak.
Benarkah tumbuh gigi pada anak memantik lonjakan suhu tubuh? Bagaimana membedakan demam akut dan demam kronik pada si buah hati? Perbincangan bersama Dr. dr. Tb. Rahmat Sentika, Sp.A, MARS (66) berikut semoga mencerahkan sudut pandang kita soal demam.
Pada anak-anak, demam ringan dapat disebabkan imunisasi. Penyebab lain gangguan autoimun, reaksi obat, atau kejang. Demam juga dapat melanda anak yang sedang mengalami tumbuh gigi, namun (biasanya) tidak menyebabkan demam lebih dari 38 derajat Celsius. Jika si kecil demam, penanganan umum yang dapat dilakukan yakni memberinya banyak minum untuk mencegah dehidrasi.
"Langkah lain memberi kompres hangat. Letakkan di leher, ketiak, dan di lipatan paha. Apabila demam itu disertai gejala menggigil dan berkeringat, segera lepaskan pakaian anak serta ganti dengan pakaian kering. Berikan obat penurun demam (antipiretik) agar anak nyaman dan lebih baik, antara lain obat asetaminofen (diberikan lewat mulut atau anus) dan ibuprofen (melalui mulut). Penting untuk memberikan dosis obat yang tepat di waktu yang tepat," urai dokter kelahiran Jepara, 12 Juni ini.
Alumni Universitas Padjadjaran Bandung ini menambahkan, obat tidak akan bekerja jika diberikan dalam dosis terlalu kecil atau jangka waktu yang terlalu lama. Meski obat-obat ini relatif aman, jangan memberikan obat terlalu banyak atau sering, karena dapat menyebabkan terjadinya overdosis.
"Ingat Bu, tujuan utama penanganan demam pada anak untuk meningkatkan kenyamanan anak secara keseluruhan serta menurunkan suhu. Dengan pemberian obat penurun panas kepada anak yang demam, diharapkan tujuan tadi terpenuhi sehingga pemberian obat sesuai dosis serta waktu pemberian yang benar adalah cara yang tepat menurunkan suhu pada anak yang demam," Rahmat menukas.
Bayi-bayi yang mengalami demam biasanya rewel (dan mungkin) tidak dapat tidur atau makan dengan baik. Anak-anak yang lebih besar menjadi kurang aktif. Kehilangan minat untuk bermain. Anak bisa mengalami kejang saat suhu tubuh meningkat atau turun dengan cepat (kejang demam-red.). Pada beberapa kasus, demam yang sangat tinggi membuat anak lesu, mengantuk, dan tidak responsif.
Ada beberapa gejala yang perlu diketahui dan diwaspadai orang tua, yaitu:
1. Demam yang terjadi pada bayi berusia kurang dari dua bulan.
2. Anak lesu atau lemas.
3. Anak tampak sakit.
4. Sesak napas.
5. Adanya perdarahan di kulit, yang tampak sebagai bintik atau bercak-bercak ungu kemerahan.
6. Balita terus menangis (tidak dapat ditenangkan).
7. Anak-anak yang lebih besar menjadi sakit kepala, kaku leher, atau bingung.
"Harus segera dibawa ke dokter jika mereka memiliki tanda-tanda peringatan di atas, atau jika berusia kurang dari dua bulan. Anak-anak yang tidak memiliki tanda-tanda tadi dan berusia antara 3 sampai 36 bulan, harus dibawa ke dokter jika demam mencapai 38 derajat Celsius atau lebih. Anak juga harus dibawa ke dokter jika demam telah berlangsung selama lebih dari tiga hari," ulas Rahmat.
Sekali lagi, demam terjadi sebagai respons tubuh terhadap infeksi, cedera, maupun peradangan. Penyebab terjadinya beragam. Jadi, jika si kecil demam, Anda harus perhatikan karakteristik demam berdasarkan lamanya demam itu menyerang.
Ada dua jenis demam:
1. Demam akut, berlangsung selama kurang atau sampai tujuh hari. Biasanya disebabkan infeksi. Infeksi paling sering yaitu infeksi saluran napas (oleh virus, misalnya pilek atau flu). Infeksi  lainnya adalah infeksi saluran pencernaan (oleh virus) dan infeksi bakteri, terutama infeksi di telinga (otitis media), infeksi sinus, pneumonia, dan infeksi saluran kemih. "Penyebab demam akut yang jarang terjadi yakni efek samping vaksinasi, konsumsi obat-obat tertentu, infeksi virus atau bakteri di otak (ensefalitis), meningitis, atau keduanya," imbuhnya.
2. Demam kronis, berlangsung lebih dari tujuh hari. "Paling sering terjadi akibat infeksi virus yang lama. Bisa juga disebabkan oleh penyakit infeksi seperti hepatitis, sinusitis, pneumonia, infeksi saluran cerna akibat bakteri atau parasit, dan tuberkulosis. Atau penyakit noninfeksi kelas berat seperti leukemia," pungkas Rahmat yang pernah menjabat Deputi Perlindungan Anak di Kementerian Kesehatan.

0 komentar: